- Kondisi ekonomi nelayan, pedagang, buruh dan petani yang tidakmemungkinkannya untuk menyekolahkan anak mereka, walaupun sebagian dari mereka tumbuh kesadaran untuk menyekolahkan anaknya, namun selalu terdapat benturan antara pemenuhan kebutuhan primer, terutama pangan, dengan keinginan untuk memperoleh pendidikan
- Sebagian mereka sudah merasa cukup puas apabila sudah bisa membaca dan menulis, sehingga rata-rata tingkat pendidikan mereka hanya tamat sekolah dasar. Pendidikan bagi mereka bukan suatu hal yang harus diperjuangkan, karena lapangan pekerjaan yang tersedia hanya perikanan atau pedagang, buruh dan petani yang tidak mensyaratkan pendidikan tertentu, terutama bagi anak-anaknya yang harus membantu orang tuanya karena penghasilan orang tuanya semakin merosot, sehingga mau tidak mau mereka harus berusaha disektor perikanan yang semakin terpuruk, sebagai pedagang, buruh dan petani dengan cucuran keringat mereka sendiri untuk bertahan hidup
- Mereka tidak yakin bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan menjamin pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan sector perikanan, pedagang, buruh, dan petani
- Pada umumnya sarana pendidikan yang tersedia dengan fasilitas gedung serta peralatan cukup memadai tetapi kurang dalam dukungan Guru yang professional [5].
-
Dewan Kesenian Kecamatan Bangko , Sejarah
Kerajaan Kerajaan Kecil Di Kabupaten Rokan Hilir ( Abdullah / SR )
Kerajaan Kerajaan Kecil Di Kabupaten Rokan Hilir Abdullah / SR 1. Kerajaan Bangko Sejarah kerajaan bangko Kerajaan rokan ini ialah k...
READ MOREKerajaan Kerajaan Kecil Di Kabupaten Rokan Hilir ( Abdullah / SR )zaid 23.12
-
Presiden Indonesia yang Tidak Tertulis dalam Sejarah Bangsa
Oleh : WIWIK SETIAWAN Hingga saat ini bangsa Indonesia hanya mengenal tujuh presiden yang pernah memimpin NKRI. Masyarakat pastinya fasih k...
READ MOREPresiden Indonesia yang Tidak Tertulis dalam Sejarah Bangsazaid 03.38
-
ISLAM MASUK KE NUSANTARA SAAT RASULULLAH MASIH HIDUP
ISLAM MASUK KE NUSANTARA SAAT RASULULLAH MASIH HIDUP Sebuah fakta sejarah menyatakan bahwa, jauh sebelum Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, ...
READ MOREISLAM MASUK KE NUSANTARA SAAT RASULULLAH MASIH HIDUPzaid 07.04
-
Arti dan Pengertian kata Qanaah
Arti Qanaah adalah suatu sikap yang rela menerima dan selalu merasa cukup dengan hasil yang sudah diusahakan serta menjauhkan diri dari ras...
READ MOREArti dan Pengertian kata Qanaahzaid 05.42
-
Heboh, Video Koruptor Buron Ungkap Bupati Rohil Mantan Kepala BNK Pecandu Narkoba
Heboh, Video Koruptor Buron Ungkap Bupati Rohil Mantan Kepala BNK Pecandu Narkoba Pria mengaku mantan anggota DPRD Rohil, Darwis. (rb/net) S...
READ MOREHeboh, Video Koruptor Buron Ungkap Bupati Rohil Mantan Kepala BNK Pecandu Narkobazaid 20.49
Technology
All Collections
Flickr Images
Popular Posts
Kerajaan Kerajaan Kecil Di Kabupaten Rokan Hilir
Oleh : WIWIK SETIAWAN
Adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat yang pernah memimpin Indonesia pada masa-masa genting. Sayang, usia memimpin yang relatif singkat membuat nama kedua tokoh ini tidak dikenal. Padahal tanpa mereka, Indonesia bisa saja direbut kembali oleh penjajah karena kondisi pemerintahan dalam keadaaan kosong. Siapa sebenarnya mereka dan bagaimana perjalanan dalam memimpin Indonesia? Berikut ulasannya.
Sjafruddin Prawiranegara memimpin saat Presiden Soekarno dan Mohd Hatta di asingkan oleh Belanda pada Agresi Militer Belanda kedua. Saat itu Belanda habis-habisan menggempur Yogyakrta. Selain dua tokoh nasional tersebut, Belanda juga menangkap pemimpin Indonesia lainnya untuk di asingkan ke Pulau Bangka. Belanda menyiarkan kabar bahwa Indonesia sudah bubar, karena pemimpin-pemimpinnya sudah mereka tawan.
Beruntung Sjafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat sehingga terhindar dari pengasingan. Ia lantas mengusulkan untuk pembentukan pemerintahan darurat demi meneruskan pemerintahan RI. Hal ini senada dengan telegraf yang dikirmkan Ir Soekarno yang memberi kuasa kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk memimpin pemerintahan.
Ia kemudian menggelar rapat pada 19 Desember 1948 yang bertempat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi. Rapat tersebut dihadiri oleh Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan yang langsung menyetujui pembentukan suatu Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Hal ini semata-mata dilakukan demi NKRI agar tidak mengalami kekosongan kekuasaan.
Akhirnya pada 22 Desember 1948, PDRI diproklamirkan dan Sjafruddin menjadi pemimpinnya. Ia dibantu oleh kabinetnya diantaranya T.M. Hasan, S.M. Rasjid, Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Sementara Jenderal Sudirman tetap menjadi Panglima Besar Angkatan Perang.
PDRI saat itu menjadi satu-satunya musuh Belanda. Semua tokoh-tokohnya terus bergerak mengusir penjajah. Bahkan hingga sampai harus bermalam di hutan rimba untuk menghindakan diri dari serangan. Rombongan ini kerap tidur di semak belukar di pinggiran sungai Batanghari dan kekurangan pasokan bahan makanan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Perjuangan mereka ternyata membuahkan hasil. Pada pertengahan tahun 1949, posisi Belanda semakin terjepit karena agresi besar-besaran yang diluncurkan ke Indonesia mendapat kecaman internasional. Mereka tidak pernah berkuasa penuh dan akhirnya memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang saat itu masih berstatus tawanan.
Akhirnya perundingan menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Setelah perjanjian ini Sjafruddin kemudian mengembalikan pemerintahan kembali kepada Ir Soekarno pada 13 Juli 1949. Ini berarti masanya menjabat sebagai presiden selama kurang lebih delapan bulan untuk melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.
Sementara itu Mr. Assaat pernah menjadi pemimpin Indonesia saat Indonesia mengalami gejolak yang sama. Tepatnya pada tahun 1949 Ia terpilih menjadi presiden saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS merupakan negara yang dibuat oleh Belanda dan terpisah dari NKRI.
Tepatnya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dimana Belanda menetapkan Ir Soekarno dan Hatta menjadi presiden dan Perdana Menteri RIS. Itu berarti terjadi kekosongan kekuasaan di Republik Indonesia sendiri.
Tokoh Indonesia sudah membaca kelicikan Belanda yang akan menguasai Indonesia jika negeri ini mengalami kekosongan kekuasaan. Akhirnya dipilihlah Assaat sebagai Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Jika Ia tidak berkuasa, Belanda tentu saja akan dengan mudah untuk menguasai Indonesia.
Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1950 RI dan RIS melebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya masa jabatan Assaat sebagai presiden RI sekitar sembilan bulan. Kursi kepemimpinan kemudian dikembalikan lagi kepada Ir. Soekarno.
Perjuangan mereka tentu saja tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika tidak ada keduanya, mungkin saja kisah Indonesia tidak seperti dalam buku sejarah yang kita baca di sekolah. Sayang, nama keduanya seolah hilang dan tidak diabadikan. Meski jasanya tidak kalah hebat dengan presiden yang memiliki catatan periode lima tahun atau lebih. ***
Sumber : Liputan6.com
Sebuah fakta sejarah menyatakan bahwa, jauh sebelum Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina dan Arab dengan penduduk Nusantara.
Hal ini diperkuat juga dengan pandangan seorang sejarahwan, GR. Tibbetts. “Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang akan berlayar ke negeri Cina, sejak abad ke-5 M”.
Selain itu menurut sejumlah pakar sejarah dan arkeolog, jalur perdagangan selatan saat itu sudah ramai. Peta perdagangan menunjukan hubungan erat telah terjalin antara Arab-Nusantara-China.
ISLAM DATANG KE NUSANTARA SEMASA RASULULLAH SAW. BERDA’WAH DENGAN SAHABAT
Berikut ini beberapa fakta sejarah yang menyatakan bahwa, Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah saw. dan para sahabat masih hidup:
1. Sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab-Islam di Barus, pesisir Sumatera, menurut sebuah literatur kuno Tiongkok.
Bersamaan dengan 9 tahun Rasulullah memproklamirkan da’wah Islam secara terbuka.
2. Dalam catatan lainnya dikatakan bahwa, para pedagang Arab-Islam yang datang ke Nusantara adalah se-generasi dengan Ali bin Abi Thalib ra.
3. Saat itu, orang-orang Arab disebut Ta Shih, sedang Amirul Mu’minin disebut sebagai Tan mi mo ni’.
Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, disebutkan bahwa seorang duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah Utsman bin Affan ra. (644-656 M), telah datang ke pesisir pantai Sumatera, pada tahun 31 H (651 M). Mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah yang telah tiga kali berganti kepemimpinan.
Peristiwa ini hanya berselang 20 tahun setelah Rasulullah wafat (632 M).
4. Prof. Hamka dalam bukunya, ”Sejarah Umat Islam” mengungkapkan bahwa, pada tahun 674-675 M, Muawiyah bin Abu Sofyan ra., salah satu sahabat Rasulullah, telah diam-diam tiba di Pulau Jawa. Ia menyamar sebagai pedagang di Kerajaan Kalingga. Pendiri Daulat Umayyah ini juga menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu.
Jadi, bisa dibilang Islam telah merambah tanah Jawa, di awal perhitungan hijriah.
ISLAM DI NUSANTARA SEBELUM ABAD 7 MASEHI
”Saat Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an M; kemudian di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 M yang mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya; Islam telah ada di bumi Nusantara”, sebagaimana diungkapkan Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University.
BARUS (Fansur), Kampung Islam I di Nusantara.
Fakta berikut ini, menunjukkan bahwa Kampung Barus yang terletak antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan merupakan Kampung Islam I di Nusantara:
1. Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir, pada abad ke-2 Masehi, menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari KAPUR BARUS (Kamper).
2. Dalam buku ”Nuchbatuddar” karya Addimasqi, Barus dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi.
3. Prof. Dr. HAMKA dalam bukunya juga menulis bahwa, seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung (Barus) dan berdiam di pesisir Barat Sumatera.
4. Diberbagai literatur kuno Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia dan China, hanya kampung inilah yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi.
5. Ditemukannya sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada batu nisan tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 M.
6. Ada juga makam seorang wanita yang bernama Tuhar Amisuri, yang wafat pada 10 Safar (602 M).
Seperti tercantum dalam catatan sejarah bahwa, Kapur Barus yang diolah dari kayu jenis kamper yang saat itu hanya terdapat di hutan Barus, telah di expor ke Mesir, untuk dipergunakan sebagai bahan pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun, tepatnya sejak Ramses II atau sekitar 5.000 tahun SM.
ISLAM DI NUSANTARA ABAD 7 MASEHI
Selanjutnya Islam mulai menyebar di Nusantara dengan jalan damai. Beberapa pelaut dan sejarawan telah menorehkan tintanya untuk membuktikan hal ini, seperti:
1. Marcopolo seorang penjelajah maritim Eropa, menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H (1292 M), telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam di daerah tersebut.
2. Ibnu Battuthah, pengembara muslim dari Maghribi, menulis, saat ia singgah di Aceh tahun 746 H (1345 M), disana telah tersebar mazhab Syafi'i.
3. Lalu dalam Tarikh Hadramaut tercatat, bahwa migrasi para Muhajirin dari Hadramaut ke Nusantara sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
4. Sejarahwan T.W. Arnold dalam karyanya “The Preaching of Islam” (1968), juga menguatkan temuan bahwa, agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M. Kedatangan agama ini datang dengan jalan damai, tidak seperti para penjelajah bangsa Portugis dan Spanyol, yang datang membawa misi Nasrani, tetapi dengan kekuasaan dan kerakusan.
ISLAM DI NUSANTARA SESUDAH ABAD 7 MASEHI
Dalam fakta selanjutnya, Islam mulai berkembang merata di Nusantara. Tidak hanya di pulau Sumatera saja, namun merambah hingga ke tanah Papua. Beberapa catatan sejarah yang berhasil dikumpulkan, membuktikan peristiwa ini, diantaranya adalah:
1. Laporan sejarah dari negeri Tiongkok, pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara.
[F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj.), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159].
2. JAWA
a. Adalah pulau kedua yang kemudian menjadi tujuan migrasi para pedagang dan ulama Islam dari Jazirah Arab, Persia, India dan Cina.
b. Islam pesat dan berjaya di pulau ini, berkat para mubaligh Timur Tengah dan para mubaligh dalam organisasi Wali Songo.
c. Setelah runtuhnya Kerajaan Pajajaran Hindu di Jawa Barat, disusul dengan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Islam terlihat memegang peranan yang sangat dominan. Terbukti dengan lahirnya kesultanan-kesultanan di tanah yang kini termasuk pulau terpadat peduduknya ke 5 didunia. Sebut saja Kesultanan Demak, Kesultanan Mataram Islam, Kesultanan Sumedang Larang, Kesultanan Giri, dan lainnya.
d. Fakta lainnya adalah di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, ditemukan sebuah batu nisan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun, 475 H (1082). Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M
(SQ. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: MS. RI., 1963, hal. 39).
3. NUSA TENGGARA
a. Islam masuk ke Lombok dan Sumbawa, sekitar abad ke-16 M oleh Sunan Prapen (cucu Sunan Giri).
b. Kesultanan Gowa ikut ambil andil dalam syi’ar Islam dikepulauan ini, pada abad ke-17.
c. Di Lombok, orang-orang suku Bugis datang mengajarkan Islam disana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
d. Salah satu peninggalan yang ada, adalah bentuk nisan dan tulisan pada sebuah makam kuno di Bima yang mirip seperti makam-makam kuno di Tallo atau di Tamalatte (Gowa).
4. KALIMANTAN
a. Adalah Kesultanan Demak di Jawa yang berhasil meng-Islamkan daerah Banjar sekitar tahun 1550 M. Yang kemudian melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan ulama-ulamanya yang besar, salah satu diantaranya adalah, Syekh Muhammad Arsyad al Banjari.
b. Di Kalimantan Timur, orang yang berjasa meng-Islamkan daerah Kutai, adalah, Abdul Ma’mur Chatib Tunggal (Dato ri Bandang). Ia disertai seorang temannya Tuan Tunggang Parangan, berhasil meyakinkan Putra Mahkota dari Kerajaan Kutai untuk masuk Islam. Peristwa itu diperkirakan terjadi sekitar tahun 1575 M.
c. Lalu, Kesultanan Malaka juga disebut-sebut ikut berjasa dalam syi’ar Islam di pulau terbesar ketiga didunia ini, khususnya di daerah Kalimantan Barat.
5. SULAWESI
a. Untuk pulau Buton dan Salayar, diketahui bahwa, penduduk disana telah menerima pengaruh Islam dari Ternate pada pertengahan abad ke-16 M.
b. Sedangkan di Sulawesi Selatan, penyebaran Islam dimulai saat Raja Gowa I, yang juga Raja Tallo, masuk Islam. Ia masuk Islam pada hari Jum’at, bulan Jumadil Awal 1014 H (22 September 1604 M), saat raja tersebut masih memegang jabatan sebagai Mangkubumi (Pabicarabutta) bernama Mallingkaeng Daeng Njonri Karaeng Katangka.
Selanjutnya ia diberikan gelar Sultan Abdullah Awalul Islam.
Dua tahun kemudian, rakyat Gowa dan Tallo di Islamkan, seperti terbukti dengan diadakannya shalat Jumat bersama di Tallo pada 19 Rajab 1068 H (November 1607 M).
c. Menurut catatan dagang Portugis tahun 1540 M, saat tiba di Sulawesi, tertulis bahwa, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di pulau ini.
d. Datangnya 3 orang ulama dari Minagkabau, bernama Abdul Ma’mur Chatib Tunggal (Dato ri Bandang), Chatib Sulaiman, (Dato ri Pattimang) dan Chatib Bungsu (Dato ri Tiro) yag berhasil mengislamkan para raja Kerajaan Gowa, dengan Makassar sebagai ibu negeri, saat itu.
e. Pusat-pusat da’wah yang kemudian dibangun oleh Kerajaan Gowa, berhasil melanjutkan misi Islam ke wilayah lain, seperti; Kesultanan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.
6. MALUKU
a. Untuk pulau Ternate, Tidore, Bacan dan Halmahera, mengenal Islam dari Kesultanan Giri di Gresik, Jawa Timur, sekitar abad ke-14 M.
b. Di Ternate, adalah Kesultanan Ternate yang merupakan kerajaan terbesar dan termasyur di kepulauan Maluku. Dimana Islam telah masuk ke wilayah ini pada tahun 1440 M.
Saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512 M, mereka menemui sultan Ternate yang adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah.
c. Sedangkan di Tidore, yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram; Islam juga berkembang sangat pesat.
d. Lalu di Bacan, terdapat Kesultanan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521 M.
7. PAPUA
a. Islam telah diperkenalkan di tanah ini berkat bantuan beberapa kesultanan dari kepulauan Maluku.
b. Adalah Kesultanan Bacan yang terbanyak berperan dalam pen-syi’ar-an Islam di pulau terbesar ke-2 didunia ini.
KEBERHASILAN SOSIALISASI ISLAM
Saat pertama kali Islam tiba di Nusantara di abad 1-5 H, pengaruhnya sungguh luwes dan penuh kedamaian. Hal ini dimungkinkan oleh sosialisasi yang diterapkan para pelaut, pedagang dan muhajir, yang dapat diterima penduduk Nusantara saat itu.
Berikut ini beberapa sosialisasi Islam yang berhasil mempengaruhi Nusantara:
1. PERNIKAHAN
Menurut catatan perjalanan Tome Pires, Islam datang dan berkembang karena pengaruh kuat para musafir dari Arab, Persia, Gujarat dan dari daratan Cina.
Melalui berdagang, mereka lalu bersosialisasi dan menikahi wanita-wanita setempat, yang otomatis ikut menganut Islam.
2. PENDIDIKAN AGAMA
Dengan didirikannya pesantren oleh para ulama, membuat penyebaran agama Islam semakin meluas. Dimana setelah keluar dari pesantren para santri tersebut akan kembali ke daerahnya masing-masing dan mengajarkan Islam bagi masyarakat ditempatnya.
3. TASAWUF
Selanjutnya sekitar abad ke-5 H, para musafir yang Sufi, ikut menambah warna dalam penyebaran Islam di Nusantara. Terbukti dengan ditemukannya peninggalan tulisan-tulisan antara abad ke-13-ke-18 M.
4. SENI
Kulturisasi Islam juga hadir dalam bentuk seni, seperti seni bagunan dan seni pahat (ukir); seni musik dan seni wayang; serta seni sastra.
a. Seni Bangunan dan Seni Pahat (ukir)
Hal ini dapat terlihat pada beberapa mesjid kuno yang hingga kini masih kokoh berdiri. Seni bangunannya mirip candi, atau bangunan meru kala masa Hindu berjaya.
b. Seni Musik dan Wayang
- Gamelan
Dikenal dengan sebutan ’Sekaten’ yang masih terpelihara di keraton Cirebon dan Yogyakarta. Alat musik ini dibunyikan pada perayaan Grebeg Maulud.
- Wayang
Seorang mubaligh Wali Songo yang berjasa merakyatkan Seni Wayang Islami adalah Sunan Kalijaga. Ia tidak pernah meminta upah saat pertunjukan wayang selain mengucapkan kalimat syahadat.
c. Seni Satra
Dalam beberapa naskah kuno, ditemukan beberapa bentuk huruf, penulisan dan tata bahasa, yang telah berasimilasi antara bahasa Arab, bahasa Sansekerta dengan bahasa daerah setempat. Salah satunya dapat ditemukan dalam Suluk-suluk karya Sunan Bonang (Syekh Maulana Makdum Ibrahim).
5. PERAN ORGANISASI WALI SONGO
Kehadiran para mubaligh dari Wali Songo, ikut menambah kepesatan Islam masuk kedalam kehidupan masyarakat Nusantara. Sebut saja Sunan Ampel (Raden Rahmat), pendiri pesantren di Ampel Denta, Surabaya. Lalu Sunan Giri, yang pesantrennya terkenal hingga ke Maluku, terutama dari daerah Hitu.
6. PERAN MUBALIGH MINANGKABAU
Pada abad ke-14 M dan sesudahnya Islam telah berkembang dari daerah barat (Sumatra dan Jawa) ke daerah timur (Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara). Hal ini tidak lepas dari peranan para mubaligh Minangkabau, seperti; Khatib Dayan, Dato ri Bandang dan Dato Sulaiman.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Prof.Dr. Slamet Muljana, ”Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara”. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2005.
2. Prof.Dr. Hasan Muarif Ambary, “Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis DanHistoris Islam Indonesia”. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1998.
3. Suwedi Montan, “Perbedaan Pendapat Di Sekitar Kedatangan Agama Islam Di Indonesia”. Puslit Arkernas: Berkala Arkeologi Edisi Khusus. 1994.
4. Marwati Djoenoed Poesponegoro, dkk., “Sejarah Nasional Indonesia III”. Jakarta: Balai Pustaka.
5. Stokhof WAL., dkk. 1993, “Beberapa Kajian Indonesia dan Islam”. Jakarta: INIS. 1990.
6. Uka Tjandrasasmita, 1985. “The Arrival and Expansion of Islam In Indonesia Relating To Souheast Asia”. Jakarta: Masagung Foundation.
Sumber : Facebook Berbagi Ilmu Indah
- Menerima dengan rela apa yang telah dimiliki.
- Berusaha dan memohon kepada Allah untuk mendapatkan yang lebih baik.
- Menerima dengan sabar dan ikhlas akan ketentuan Allah.
- Bertawakal kepada Allah.
- Tidak terpedaya oleh tipu daya dunia.
- Stabilisator : jika seorang muslim memiliki sifat qanaah akan selalu berlapang dada, berhati tenteram, merasa kaya, berkecukupan, dan merasa bebas dari sifat tamak dan serakah.
- Dinamisator : yaitu, kekuatan batin untuk mendorong seseorang dalam meraih kemengan dan kejayaan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap memohon kepada karunia ALLAH SWT.
Heboh, Video Koruptor Buron Ungkap Bupati Rohil Mantan Kepala BNK Pecandu Narkoba
Pria mengaku mantan anggota DPRD Rohil, Darwis. (rb/net)
Kerajaan Kerajaan Kecil Di Kabupaten Rokan Hilir
- Kondisi ekonomi nelayan, pedagang, buruh dan petani yang tidakmemungkinkannya untuk menyekolahkan anak mereka, walaupun sebagian dari mereka tumbuh kesadaran untuk menyekolahkan anaknya, namun selalu terdapat benturan antara pemenuhan kebutuhan primer, terutama pangan, dengan keinginan untuk memperoleh pendidikan
- Sebagian mereka sudah merasa cukup puas apabila sudah bisa membaca dan menulis, sehingga rata-rata tingkat pendidikan mereka hanya tamat sekolah dasar. Pendidikan bagi mereka bukan suatu hal yang harus diperjuangkan, karena lapangan pekerjaan yang tersedia hanya perikanan atau pedagang, buruh dan petani yang tidak mensyaratkan pendidikan tertentu, terutama bagi anak-anaknya yang harus membantu orang tuanya karena penghasilan orang tuanya semakin merosot, sehingga mau tidak mau mereka harus berusaha disektor perikanan yang semakin terpuruk, sebagai pedagang, buruh dan petani dengan cucuran keringat mereka sendiri untuk bertahan hidup
- Mereka tidak yakin bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan menjamin pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan sector perikanan, pedagang, buruh, dan petani
- Pada umumnya sarana pendidikan yang tersedia dengan fasilitas gedung serta peralatan cukup memadai tetapi kurang dalam dukungan Guru yang professional [5].
Oleh : WIWIK SETIAWAN
Adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat yang pernah memimpin Indonesia pada masa-masa genting. Sayang, usia memimpin yang relatif singkat membuat nama kedua tokoh ini tidak dikenal. Padahal tanpa mereka, Indonesia bisa saja direbut kembali oleh penjajah karena kondisi pemerintahan dalam keadaaan kosong. Siapa sebenarnya mereka dan bagaimana perjalanan dalam memimpin Indonesia? Berikut ulasannya.
Sjafruddin Prawiranegara memimpin saat Presiden Soekarno dan Mohd Hatta di asingkan oleh Belanda pada Agresi Militer Belanda kedua. Saat itu Belanda habis-habisan menggempur Yogyakrta. Selain dua tokoh nasional tersebut, Belanda juga menangkap pemimpin Indonesia lainnya untuk di asingkan ke Pulau Bangka. Belanda menyiarkan kabar bahwa Indonesia sudah bubar, karena pemimpin-pemimpinnya sudah mereka tawan.
Beruntung Sjafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat sehingga terhindar dari pengasingan. Ia lantas mengusulkan untuk pembentukan pemerintahan darurat demi meneruskan pemerintahan RI. Hal ini senada dengan telegraf yang dikirmkan Ir Soekarno yang memberi kuasa kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk memimpin pemerintahan.
Ia kemudian menggelar rapat pada 19 Desember 1948 yang bertempat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi. Rapat tersebut dihadiri oleh Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan yang langsung menyetujui pembentukan suatu Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Hal ini semata-mata dilakukan demi NKRI agar tidak mengalami kekosongan kekuasaan.
Akhirnya pada 22 Desember 1948, PDRI diproklamirkan dan Sjafruddin menjadi pemimpinnya. Ia dibantu oleh kabinetnya diantaranya T.M. Hasan, S.M. Rasjid, Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Sementara Jenderal Sudirman tetap menjadi Panglima Besar Angkatan Perang.
PDRI saat itu menjadi satu-satunya musuh Belanda. Semua tokoh-tokohnya terus bergerak mengusir penjajah. Bahkan hingga sampai harus bermalam di hutan rimba untuk menghindakan diri dari serangan. Rombongan ini kerap tidur di semak belukar di pinggiran sungai Batanghari dan kekurangan pasokan bahan makanan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Perjuangan mereka ternyata membuahkan hasil. Pada pertengahan tahun 1949, posisi Belanda semakin terjepit karena agresi besar-besaran yang diluncurkan ke Indonesia mendapat kecaman internasional. Mereka tidak pernah berkuasa penuh dan akhirnya memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang saat itu masih berstatus tawanan.
Akhirnya perundingan menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Setelah perjanjian ini Sjafruddin kemudian mengembalikan pemerintahan kembali kepada Ir Soekarno pada 13 Juli 1949. Ini berarti masanya menjabat sebagai presiden selama kurang lebih delapan bulan untuk melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.
Sementara itu Mr. Assaat pernah menjadi pemimpin Indonesia saat Indonesia mengalami gejolak yang sama. Tepatnya pada tahun 1949 Ia terpilih menjadi presiden saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS merupakan negara yang dibuat oleh Belanda dan terpisah dari NKRI.
Tepatnya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dimana Belanda menetapkan Ir Soekarno dan Hatta menjadi presiden dan Perdana Menteri RIS. Itu berarti terjadi kekosongan kekuasaan di Republik Indonesia sendiri.
Tokoh Indonesia sudah membaca kelicikan Belanda yang akan menguasai Indonesia jika negeri ini mengalami kekosongan kekuasaan. Akhirnya dipilihlah Assaat sebagai Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Jika Ia tidak berkuasa, Belanda tentu saja akan dengan mudah untuk menguasai Indonesia.
Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1950 RI dan RIS melebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya masa jabatan Assaat sebagai presiden RI sekitar sembilan bulan. Kursi kepemimpinan kemudian dikembalikan lagi kepada Ir. Soekarno.
Perjuangan mereka tentu saja tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika tidak ada keduanya, mungkin saja kisah Indonesia tidak seperti dalam buku sejarah yang kita baca di sekolah. Sayang, nama keduanya seolah hilang dan tidak diabadikan. Meski jasanya tidak kalah hebat dengan presiden yang memiliki catatan periode lima tahun atau lebih. ***
Sumber : Liputan6.com
Sebuah fakta sejarah menyatakan bahwa, jauh sebelum Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina dan Arab dengan penduduk Nusantara.
Hal ini diperkuat juga dengan pandangan seorang sejarahwan, GR. Tibbetts. “Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang akan berlayar ke negeri Cina, sejak abad ke-5 M”.
Selain itu menurut sejumlah pakar sejarah dan arkeolog, jalur perdagangan selatan saat itu sudah ramai. Peta perdagangan menunjukan hubungan erat telah terjalin antara Arab-Nusantara-China.
ISLAM DATANG KE NUSANTARA SEMASA RASULULLAH SAW. BERDA’WAH DENGAN SAHABAT
Berikut ini beberapa fakta sejarah yang menyatakan bahwa, Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah saw. dan para sahabat masih hidup:
1. Sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab-Islam di Barus, pesisir Sumatera, menurut sebuah literatur kuno Tiongkok.
Bersamaan dengan 9 tahun Rasulullah memproklamirkan da’wah Islam secara terbuka.
2. Dalam catatan lainnya dikatakan bahwa, para pedagang Arab-Islam yang datang ke Nusantara adalah se-generasi dengan Ali bin Abi Thalib ra.
3. Saat itu, orang-orang Arab disebut Ta Shih, sedang Amirul Mu’minin disebut sebagai Tan mi mo ni’.
Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, disebutkan bahwa seorang duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah Utsman bin Affan ra. (644-656 M), telah datang ke pesisir pantai Sumatera, pada tahun 31 H (651 M). Mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah yang telah tiga kali berganti kepemimpinan.
Peristiwa ini hanya berselang 20 tahun setelah Rasulullah wafat (632 M).
4. Prof. Hamka dalam bukunya, ”Sejarah Umat Islam” mengungkapkan bahwa, pada tahun 674-675 M, Muawiyah bin Abu Sofyan ra., salah satu sahabat Rasulullah, telah diam-diam tiba di Pulau Jawa. Ia menyamar sebagai pedagang di Kerajaan Kalingga. Pendiri Daulat Umayyah ini juga menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu.
Jadi, bisa dibilang Islam telah merambah tanah Jawa, di awal perhitungan hijriah.
ISLAM DI NUSANTARA SEBELUM ABAD 7 MASEHI
”Saat Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an M; kemudian di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 M yang mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya; Islam telah ada di bumi Nusantara”, sebagaimana diungkapkan Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University.
BARUS (Fansur), Kampung Islam I di Nusantara.
Fakta berikut ini, menunjukkan bahwa Kampung Barus yang terletak antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan merupakan Kampung Islam I di Nusantara:
1. Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir, pada abad ke-2 Masehi, menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari KAPUR BARUS (Kamper).
2. Dalam buku ”Nuchbatuddar” karya Addimasqi, Barus dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi.
3. Prof. Dr. HAMKA dalam bukunya juga menulis bahwa, seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung (Barus) dan berdiam di pesisir Barat Sumatera.
4. Diberbagai literatur kuno Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia dan China, hanya kampung inilah yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi.
5. Ditemukannya sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada batu nisan tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 M.
6. Ada juga makam seorang wanita yang bernama Tuhar Amisuri, yang wafat pada 10 Safar (602 M).
Seperti tercantum dalam catatan sejarah bahwa, Kapur Barus yang diolah dari kayu jenis kamper yang saat itu hanya terdapat di hutan Barus, telah di expor ke Mesir, untuk dipergunakan sebagai bahan pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun, tepatnya sejak Ramses II atau sekitar 5.000 tahun SM.
ISLAM DI NUSANTARA ABAD 7 MASEHI
Selanjutnya Islam mulai menyebar di Nusantara dengan jalan damai. Beberapa pelaut dan sejarawan telah menorehkan tintanya untuk membuktikan hal ini, seperti:
1. Marcopolo seorang penjelajah maritim Eropa, menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H (1292 M), telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam di daerah tersebut.
2. Ibnu Battuthah, pengembara muslim dari Maghribi, menulis, saat ia singgah di Aceh tahun 746 H (1345 M), disana telah tersebar mazhab Syafi'i.
3. Lalu dalam Tarikh Hadramaut tercatat, bahwa migrasi para Muhajirin dari Hadramaut ke Nusantara sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
4. Sejarahwan T.W. Arnold dalam karyanya “The Preaching of Islam” (1968), juga menguatkan temuan bahwa, agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M. Kedatangan agama ini datang dengan jalan damai, tidak seperti para penjelajah bangsa Portugis dan Spanyol, yang datang membawa misi Nasrani, tetapi dengan kekuasaan dan kerakusan.
ISLAM DI NUSANTARA SESUDAH ABAD 7 MASEHI
Dalam fakta selanjutnya, Islam mulai berkembang merata di Nusantara. Tidak hanya di pulau Sumatera saja, namun merambah hingga ke tanah Papua. Beberapa catatan sejarah yang berhasil dikumpulkan, membuktikan peristiwa ini, diantaranya adalah:
1. Laporan sejarah dari negeri Tiongkok, pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara.
[F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj.), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159].
2. JAWA
a. Adalah pulau kedua yang kemudian menjadi tujuan migrasi para pedagang dan ulama Islam dari Jazirah Arab, Persia, India dan Cina.
b. Islam pesat dan berjaya di pulau ini, berkat para mubaligh Timur Tengah dan para mubaligh dalam organisasi Wali Songo.
c. Setelah runtuhnya Kerajaan Pajajaran Hindu di Jawa Barat, disusul dengan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Islam terlihat memegang peranan yang sangat dominan. Terbukti dengan lahirnya kesultanan-kesultanan di tanah yang kini termasuk pulau terpadat peduduknya ke 5 didunia. Sebut saja Kesultanan Demak, Kesultanan Mataram Islam, Kesultanan Sumedang Larang, Kesultanan Giri, dan lainnya.
d. Fakta lainnya adalah di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, ditemukan sebuah batu nisan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun, 475 H (1082). Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M
(SQ. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: MS. RI., 1963, hal. 39).
3. NUSA TENGGARA
a. Islam masuk ke Lombok dan Sumbawa, sekitar abad ke-16 M oleh Sunan Prapen (cucu Sunan Giri).
b. Kesultanan Gowa ikut ambil andil dalam syi’ar Islam dikepulauan ini, pada abad ke-17.
c. Di Lombok, orang-orang suku Bugis datang mengajarkan Islam disana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
d. Salah satu peninggalan yang ada, adalah bentuk nisan dan tulisan pada sebuah makam kuno di Bima yang mirip seperti makam-makam kuno di Tallo atau di Tamalatte (Gowa).
4. KALIMANTAN
a. Adalah Kesultanan Demak di Jawa yang berhasil meng-Islamkan daerah Banjar sekitar tahun 1550 M. Yang kemudian melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan ulama-ulamanya yang besar, salah satu diantaranya adalah, Syekh Muhammad Arsyad al Banjari.
b. Di Kalimantan Timur, orang yang berjasa meng-Islamkan daerah Kutai, adalah, Abdul Ma’mur Chatib Tunggal (Dato ri Bandang). Ia disertai seorang temannya Tuan Tunggang Parangan, berhasil meyakinkan Putra Mahkota dari Kerajaan Kutai untuk masuk Islam. Peristwa itu diperkirakan terjadi sekitar tahun 1575 M.
c. Lalu, Kesultanan Malaka juga disebut-sebut ikut berjasa dalam syi’ar Islam di pulau terbesar ketiga didunia ini, khususnya di daerah Kalimantan Barat.
5. SULAWESI
a. Untuk pulau Buton dan Salayar, diketahui bahwa, penduduk disana telah menerima pengaruh Islam dari Ternate pada pertengahan abad ke-16 M.
b. Sedangkan di Sulawesi Selatan, penyebaran Islam dimulai saat Raja Gowa I, yang juga Raja Tallo, masuk Islam. Ia masuk Islam pada hari Jum’at, bulan Jumadil Awal 1014 H (22 September 1604 M), saat raja tersebut masih memegang jabatan sebagai Mangkubumi (Pabicarabutta) bernama Mallingkaeng Daeng Njonri Karaeng Katangka.
Selanjutnya ia diberikan gelar Sultan Abdullah Awalul Islam.
Dua tahun kemudian, rakyat Gowa dan Tallo di Islamkan, seperti terbukti dengan diadakannya shalat Jumat bersama di Tallo pada 19 Rajab 1068 H (November 1607 M).
c. Menurut catatan dagang Portugis tahun 1540 M, saat tiba di Sulawesi, tertulis bahwa, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di pulau ini.
d. Datangnya 3 orang ulama dari Minagkabau, bernama Abdul Ma’mur Chatib Tunggal (Dato ri Bandang), Chatib Sulaiman, (Dato ri Pattimang) dan Chatib Bungsu (Dato ri Tiro) yag berhasil mengislamkan para raja Kerajaan Gowa, dengan Makassar sebagai ibu negeri, saat itu.
e. Pusat-pusat da’wah yang kemudian dibangun oleh Kerajaan Gowa, berhasil melanjutkan misi Islam ke wilayah lain, seperti; Kesultanan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.
6. MALUKU
a. Untuk pulau Ternate, Tidore, Bacan dan Halmahera, mengenal Islam dari Kesultanan Giri di Gresik, Jawa Timur, sekitar abad ke-14 M.
b. Di Ternate, adalah Kesultanan Ternate yang merupakan kerajaan terbesar dan termasyur di kepulauan Maluku. Dimana Islam telah masuk ke wilayah ini pada tahun 1440 M.
Saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512 M, mereka menemui sultan Ternate yang adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah.
c. Sedangkan di Tidore, yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram; Islam juga berkembang sangat pesat.
d. Lalu di Bacan, terdapat Kesultanan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521 M.
7. PAPUA
a. Islam telah diperkenalkan di tanah ini berkat bantuan beberapa kesultanan dari kepulauan Maluku.
b. Adalah Kesultanan Bacan yang terbanyak berperan dalam pen-syi’ar-an Islam di pulau terbesar ke-2 didunia ini.
KEBERHASILAN SOSIALISASI ISLAM
Saat pertama kali Islam tiba di Nusantara di abad 1-5 H, pengaruhnya sungguh luwes dan penuh kedamaian. Hal ini dimungkinkan oleh sosialisasi yang diterapkan para pelaut, pedagang dan muhajir, yang dapat diterima penduduk Nusantara saat itu.
Berikut ini beberapa sosialisasi Islam yang berhasil mempengaruhi Nusantara:
1. PERNIKAHAN
Menurut catatan perjalanan Tome Pires, Islam datang dan berkembang karena pengaruh kuat para musafir dari Arab, Persia, Gujarat dan dari daratan Cina.
Melalui berdagang, mereka lalu bersosialisasi dan menikahi wanita-wanita setempat, yang otomatis ikut menganut Islam.
2. PENDIDIKAN AGAMA
Dengan didirikannya pesantren oleh para ulama, membuat penyebaran agama Islam semakin meluas. Dimana setelah keluar dari pesantren para santri tersebut akan kembali ke daerahnya masing-masing dan mengajarkan Islam bagi masyarakat ditempatnya.
3. TASAWUF
Selanjutnya sekitar abad ke-5 H, para musafir yang Sufi, ikut menambah warna dalam penyebaran Islam di Nusantara. Terbukti dengan ditemukannya peninggalan tulisan-tulisan antara abad ke-13-ke-18 M.
4. SENI
Kulturisasi Islam juga hadir dalam bentuk seni, seperti seni bagunan dan seni pahat (ukir); seni musik dan seni wayang; serta seni sastra.
a. Seni Bangunan dan Seni Pahat (ukir)
Hal ini dapat terlihat pada beberapa mesjid kuno yang hingga kini masih kokoh berdiri. Seni bangunannya mirip candi, atau bangunan meru kala masa Hindu berjaya.
b. Seni Musik dan Wayang
- Gamelan
Dikenal dengan sebutan ’Sekaten’ yang masih terpelihara di keraton Cirebon dan Yogyakarta. Alat musik ini dibunyikan pada perayaan Grebeg Maulud.
- Wayang
Seorang mubaligh Wali Songo yang berjasa merakyatkan Seni Wayang Islami adalah Sunan Kalijaga. Ia tidak pernah meminta upah saat pertunjukan wayang selain mengucapkan kalimat syahadat.
c. Seni Satra
Dalam beberapa naskah kuno, ditemukan beberapa bentuk huruf, penulisan dan tata bahasa, yang telah berasimilasi antara bahasa Arab, bahasa Sansekerta dengan bahasa daerah setempat. Salah satunya dapat ditemukan dalam Suluk-suluk karya Sunan Bonang (Syekh Maulana Makdum Ibrahim).
5. PERAN ORGANISASI WALI SONGO
Kehadiran para mubaligh dari Wali Songo, ikut menambah kepesatan Islam masuk kedalam kehidupan masyarakat Nusantara. Sebut saja Sunan Ampel (Raden Rahmat), pendiri pesantren di Ampel Denta, Surabaya. Lalu Sunan Giri, yang pesantrennya terkenal hingga ke Maluku, terutama dari daerah Hitu.
6. PERAN MUBALIGH MINANGKABAU
Pada abad ke-14 M dan sesudahnya Islam telah berkembang dari daerah barat (Sumatra dan Jawa) ke daerah timur (Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara). Hal ini tidak lepas dari peranan para mubaligh Minangkabau, seperti; Khatib Dayan, Dato ri Bandang dan Dato Sulaiman.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Prof.Dr. Slamet Muljana, ”Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara”. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2005.
2. Prof.Dr. Hasan Muarif Ambary, “Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis DanHistoris Islam Indonesia”. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1998.
3. Suwedi Montan, “Perbedaan Pendapat Di Sekitar Kedatangan Agama Islam Di Indonesia”. Puslit Arkernas: Berkala Arkeologi Edisi Khusus. 1994.
4. Marwati Djoenoed Poesponegoro, dkk., “Sejarah Nasional Indonesia III”. Jakarta: Balai Pustaka.
5. Stokhof WAL., dkk. 1993, “Beberapa Kajian Indonesia dan Islam”. Jakarta: INIS. 1990.
6. Uka Tjandrasasmita, 1985. “The Arrival and Expansion of Islam In Indonesia Relating To Souheast Asia”. Jakarta: Masagung Foundation.
Sumber : Facebook Berbagi Ilmu Indah
- Menerima dengan rela apa yang telah dimiliki.
- Berusaha dan memohon kepada Allah untuk mendapatkan yang lebih baik.
- Menerima dengan sabar dan ikhlas akan ketentuan Allah.
- Bertawakal kepada Allah.
- Tidak terpedaya oleh tipu daya dunia.
- Stabilisator : jika seorang muslim memiliki sifat qanaah akan selalu berlapang dada, berhati tenteram, merasa kaya, berkecukupan, dan merasa bebas dari sifat tamak dan serakah.
- Dinamisator : yaitu, kekuatan batin untuk mendorong seseorang dalam meraih kemengan dan kejayaan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap memohon kepada karunia ALLAH SWT.
Heboh, Video Koruptor Buron Ungkap Bupati Rohil Mantan Kepala BNK Pecandu Narkoba
Pria mengaku mantan anggota DPRD Rohil, Darwis. (rb/net)
Kerajaan Kerajaan Kecil Di Kabupaten Rokan Hilir
- Kondisi ekonomi nelayan, pedagang, buruh dan petani yang tidakmemungkinkannya untuk menyekolahkan anak mereka, walaupun sebagian dari mereka tumbuh kesadaran untuk menyekolahkan anaknya, namun selalu terdapat benturan antara pemenuhan kebutuhan primer, terutama pangan, dengan keinginan untuk memperoleh pendidikan
- Sebagian mereka sudah merasa cukup puas apabila sudah bisa membaca dan menulis, sehingga rata-rata tingkat pendidikan mereka hanya tamat sekolah dasar. Pendidikan bagi mereka bukan suatu hal yang harus diperjuangkan, karena lapangan pekerjaan yang tersedia hanya perikanan atau pedagang, buruh dan petani yang tidak mensyaratkan pendidikan tertentu, terutama bagi anak-anaknya yang harus membantu orang tuanya karena penghasilan orang tuanya semakin merosot, sehingga mau tidak mau mereka harus berusaha disektor perikanan yang semakin terpuruk, sebagai pedagang, buruh dan petani dengan cucuran keringat mereka sendiri untuk bertahan hidup
- Mereka tidak yakin bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan menjamin pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan sector perikanan, pedagang, buruh, dan petani
- Pada umumnya sarana pendidikan yang tersedia dengan fasilitas gedung serta peralatan cukup memadai tetapi kurang dalam dukungan Guru yang professional [5].
Oleh : WIWIK SETIAWAN
Adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat yang pernah memimpin Indonesia pada masa-masa genting. Sayang, usia memimpin yang relatif singkat membuat nama kedua tokoh ini tidak dikenal. Padahal tanpa mereka, Indonesia bisa saja direbut kembali oleh penjajah karena kondisi pemerintahan dalam keadaaan kosong. Siapa sebenarnya mereka dan bagaimana perjalanan dalam memimpin Indonesia? Berikut ulasannya.
Sjafruddin Prawiranegara memimpin saat Presiden Soekarno dan Mohd Hatta di asingkan oleh Belanda pada Agresi Militer Belanda kedua. Saat itu Belanda habis-habisan menggempur Yogyakrta. Selain dua tokoh nasional tersebut, Belanda juga menangkap pemimpin Indonesia lainnya untuk di asingkan ke Pulau Bangka. Belanda menyiarkan kabar bahwa Indonesia sudah bubar, karena pemimpin-pemimpinnya sudah mereka tawan.
Beruntung Sjafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat sehingga terhindar dari pengasingan. Ia lantas mengusulkan untuk pembentukan pemerintahan darurat demi meneruskan pemerintahan RI. Hal ini senada dengan telegraf yang dikirmkan Ir Soekarno yang memberi kuasa kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk memimpin pemerintahan.
Ia kemudian menggelar rapat pada 19 Desember 1948 yang bertempat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi. Rapat tersebut dihadiri oleh Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan yang langsung menyetujui pembentukan suatu Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Hal ini semata-mata dilakukan demi NKRI agar tidak mengalami kekosongan kekuasaan.
Akhirnya pada 22 Desember 1948, PDRI diproklamirkan dan Sjafruddin menjadi pemimpinnya. Ia dibantu oleh kabinetnya diantaranya T.M. Hasan, S.M. Rasjid, Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Sementara Jenderal Sudirman tetap menjadi Panglima Besar Angkatan Perang.
PDRI saat itu menjadi satu-satunya musuh Belanda. Semua tokoh-tokohnya terus bergerak mengusir penjajah. Bahkan hingga sampai harus bermalam di hutan rimba untuk menghindakan diri dari serangan. Rombongan ini kerap tidur di semak belukar di pinggiran sungai Batanghari dan kekurangan pasokan bahan makanan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Perjuangan mereka ternyata membuahkan hasil. Pada pertengahan tahun 1949, posisi Belanda semakin terjepit karena agresi besar-besaran yang diluncurkan ke Indonesia mendapat kecaman internasional. Mereka tidak pernah berkuasa penuh dan akhirnya memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang saat itu masih berstatus tawanan.
Akhirnya perundingan menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Setelah perjanjian ini Sjafruddin kemudian mengembalikan pemerintahan kembali kepada Ir Soekarno pada 13 Juli 1949. Ini berarti masanya menjabat sebagai presiden selama kurang lebih delapan bulan untuk melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.
Sementara itu Mr. Assaat pernah menjadi pemimpin Indonesia saat Indonesia mengalami gejolak yang sama. Tepatnya pada tahun 1949 Ia terpilih menjadi presiden saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS merupakan negara yang dibuat oleh Belanda dan terpisah dari NKRI.
Tepatnya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dimana Belanda menetapkan Ir Soekarno dan Hatta menjadi presiden dan Perdana Menteri RIS. Itu berarti terjadi kekosongan kekuasaan di Republik Indonesia sendiri.
Tokoh Indonesia sudah membaca kelicikan Belanda yang akan menguasai Indonesia jika negeri ini mengalami kekosongan kekuasaan. Akhirnya dipilihlah Assaat sebagai Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Jika Ia tidak berkuasa, Belanda tentu saja akan dengan mudah untuk menguasai Indonesia.
Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1950 RI dan RIS melebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya masa jabatan Assaat sebagai presiden RI sekitar sembilan bulan. Kursi kepemimpinan kemudian dikembalikan lagi kepada Ir. Soekarno.
Perjuangan mereka tentu saja tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika tidak ada keduanya, mungkin saja kisah Indonesia tidak seperti dalam buku sejarah yang kita baca di sekolah. Sayang, nama keduanya seolah hilang dan tidak diabadikan. Meski jasanya tidak kalah hebat dengan presiden yang memiliki catatan periode lima tahun atau lebih. ***
Sumber : Liputan6.com
Sebuah fakta sejarah menyatakan bahwa, jauh sebelum Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina dan Arab dengan penduduk Nusantara.
Hal ini diperkuat juga dengan pandangan seorang sejarahwan, GR. Tibbetts. “Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang akan berlayar ke negeri Cina, sejak abad ke-5 M”.
Selain itu menurut sejumlah pakar sejarah dan arkeolog, jalur perdagangan selatan saat itu sudah ramai. Peta perdagangan menunjukan hubungan erat telah terjalin antara Arab-Nusantara-China.
ISLAM DATANG KE NUSANTARA SEMASA RASULULLAH SAW. BERDA’WAH DENGAN SAHABAT
Berikut ini beberapa fakta sejarah yang menyatakan bahwa, Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah saw. dan para sahabat masih hidup:
1. Sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab-Islam di Barus, pesisir Sumatera, menurut sebuah literatur kuno Tiongkok.
Bersamaan dengan 9 tahun Rasulullah memproklamirkan da’wah Islam secara terbuka.
2. Dalam catatan lainnya dikatakan bahwa, para pedagang Arab-Islam yang datang ke Nusantara adalah se-generasi dengan Ali bin Abi Thalib ra.
3. Saat itu, orang-orang Arab disebut Ta Shih, sedang Amirul Mu’minin disebut sebagai Tan mi mo ni’.
Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, disebutkan bahwa seorang duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah Utsman bin Affan ra. (644-656 M), telah datang ke pesisir pantai Sumatera, pada tahun 31 H (651 M). Mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah yang telah tiga kali berganti kepemimpinan.
Peristiwa ini hanya berselang 20 tahun setelah Rasulullah wafat (632 M).
4. Prof. Hamka dalam bukunya, ”Sejarah Umat Islam” mengungkapkan bahwa, pada tahun 674-675 M, Muawiyah bin Abu Sofyan ra., salah satu sahabat Rasulullah, telah diam-diam tiba di Pulau Jawa. Ia menyamar sebagai pedagang di Kerajaan Kalingga. Pendiri Daulat Umayyah ini juga menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu.
Jadi, bisa dibilang Islam telah merambah tanah Jawa, di awal perhitungan hijriah.
ISLAM DI NUSANTARA SEBELUM ABAD 7 MASEHI
”Saat Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an M; kemudian di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 M yang mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya; Islam telah ada di bumi Nusantara”, sebagaimana diungkapkan Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University.
BARUS (Fansur), Kampung Islam I di Nusantara.
Fakta berikut ini, menunjukkan bahwa Kampung Barus yang terletak antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan merupakan Kampung Islam I di Nusantara:
1. Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir, pada abad ke-2 Masehi, menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari KAPUR BARUS (Kamper).
2. Dalam buku ”Nuchbatuddar” karya Addimasqi, Barus dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi.
3. Prof. Dr. HAMKA dalam bukunya juga menulis bahwa, seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung (Barus) dan berdiam di pesisir Barat Sumatera.
4. Diberbagai literatur kuno Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia dan China, hanya kampung inilah yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi.
5. Ditemukannya sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada batu nisan tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 M.
6. Ada juga makam seorang wanita yang bernama Tuhar Amisuri, yang wafat pada 10 Safar (602 M).
Seperti tercantum dalam catatan sejarah bahwa, Kapur Barus yang diolah dari kayu jenis kamper yang saat itu hanya terdapat di hutan Barus, telah di expor ke Mesir, untuk dipergunakan sebagai bahan pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun, tepatnya sejak Ramses II atau sekitar 5.000 tahun SM.
ISLAM DI NUSANTARA ABAD 7 MASEHI
Selanjutnya Islam mulai menyebar di Nusantara dengan jalan damai. Beberapa pelaut dan sejarawan telah menorehkan tintanya untuk membuktikan hal ini, seperti:
1. Marcopolo seorang penjelajah maritim Eropa, menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H (1292 M), telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam di daerah tersebut.
2. Ibnu Battuthah, pengembara muslim dari Maghribi, menulis, saat ia singgah di Aceh tahun 746 H (1345 M), disana telah tersebar mazhab Syafi'i.
3. Lalu dalam Tarikh Hadramaut tercatat, bahwa migrasi para Muhajirin dari Hadramaut ke Nusantara sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
4. Sejarahwan T.W. Arnold dalam karyanya “The Preaching of Islam” (1968), juga menguatkan temuan bahwa, agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M. Kedatangan agama ini datang dengan jalan damai, tidak seperti para penjelajah bangsa Portugis dan Spanyol, yang datang membawa misi Nasrani, tetapi dengan kekuasaan dan kerakusan.
ISLAM DI NUSANTARA SESUDAH ABAD 7 MASEHI
Dalam fakta selanjutnya, Islam mulai berkembang merata di Nusantara. Tidak hanya di pulau Sumatera saja, namun merambah hingga ke tanah Papua. Beberapa catatan sejarah yang berhasil dikumpulkan, membuktikan peristiwa ini, diantaranya adalah:
1. Laporan sejarah dari negeri Tiongkok, pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara.
[F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj.), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159].
2. JAWA
a. Adalah pulau kedua yang kemudian menjadi tujuan migrasi para pedagang dan ulama Islam dari Jazirah Arab, Persia, India dan Cina.
b. Islam pesat dan berjaya di pulau ini, berkat para mubaligh Timur Tengah dan para mubaligh dalam organisasi Wali Songo.
c. Setelah runtuhnya Kerajaan Pajajaran Hindu di Jawa Barat, disusul dengan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Islam terlihat memegang peranan yang sangat dominan. Terbukti dengan lahirnya kesultanan-kesultanan di tanah yang kini termasuk pulau terpadat peduduknya ke 5 didunia. Sebut saja Kesultanan Demak, Kesultanan Mataram Islam, Kesultanan Sumedang Larang, Kesultanan Giri, dan lainnya.
d. Fakta lainnya adalah di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, ditemukan sebuah batu nisan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun, 475 H (1082). Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M
(SQ. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: MS. RI., 1963, hal. 39).
3. NUSA TENGGARA
a. Islam masuk ke Lombok dan Sumbawa, sekitar abad ke-16 M oleh Sunan Prapen (cucu Sunan Giri).
b. Kesultanan Gowa ikut ambil andil dalam syi’ar Islam dikepulauan ini, pada abad ke-17.
c. Di Lombok, orang-orang suku Bugis datang mengajarkan Islam disana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
d. Salah satu peninggalan yang ada, adalah bentuk nisan dan tulisan pada sebuah makam kuno di Bima yang mirip seperti makam-makam kuno di Tallo atau di Tamalatte (Gowa).
4. KALIMANTAN
a. Adalah Kesultanan Demak di Jawa yang berhasil meng-Islamkan daerah Banjar sekitar tahun 1550 M. Yang kemudian melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan ulama-ulamanya yang besar, salah satu diantaranya adalah, Syekh Muhammad Arsyad al Banjari.
b. Di Kalimantan Timur, orang yang berjasa meng-Islamkan daerah Kutai, adalah, Abdul Ma’mur Chatib Tunggal (Dato ri Bandang). Ia disertai seorang temannya Tuan Tunggang Parangan, berhasil meyakinkan Putra Mahkota dari Kerajaan Kutai untuk masuk Islam. Peristwa itu diperkirakan terjadi sekitar tahun 1575 M.
c. Lalu, Kesultanan Malaka juga disebut-sebut ikut berjasa dalam syi’ar Islam di pulau terbesar ketiga didunia ini, khususnya di daerah Kalimantan Barat.
5. SULAWESI
a. Untuk pulau Buton dan Salayar, diketahui bahwa, penduduk disana telah menerima pengaruh Islam dari Ternate pada pertengahan abad ke-16 M.
b. Sedangkan di Sulawesi Selatan, penyebaran Islam dimulai saat Raja Gowa I, yang juga Raja Tallo, masuk Islam. Ia masuk Islam pada hari Jum’at, bulan Jumadil Awal 1014 H (22 September 1604 M), saat raja tersebut masih memegang jabatan sebagai Mangkubumi (Pabicarabutta) bernama Mallingkaeng Daeng Njonri Karaeng Katangka.
Selanjutnya ia diberikan gelar Sultan Abdullah Awalul Islam.
Dua tahun kemudian, rakyat Gowa dan Tallo di Islamkan, seperti terbukti dengan diadakannya shalat Jumat bersama di Tallo pada 19 Rajab 1068 H (November 1607 M).
c. Menurut catatan dagang Portugis tahun 1540 M, saat tiba di Sulawesi, tertulis bahwa, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di pulau ini.
d. Datangnya 3 orang ulama dari Minagkabau, bernama Abdul Ma’mur Chatib Tunggal (Dato ri Bandang), Chatib Sulaiman, (Dato ri Pattimang) dan Chatib Bungsu (Dato ri Tiro) yag berhasil mengislamkan para raja Kerajaan Gowa, dengan Makassar sebagai ibu negeri, saat itu.
e. Pusat-pusat da’wah yang kemudian dibangun oleh Kerajaan Gowa, berhasil melanjutkan misi Islam ke wilayah lain, seperti; Kesultanan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.
6. MALUKU
a. Untuk pulau Ternate, Tidore, Bacan dan Halmahera, mengenal Islam dari Kesultanan Giri di Gresik, Jawa Timur, sekitar abad ke-14 M.
b. Di Ternate, adalah Kesultanan Ternate yang merupakan kerajaan terbesar dan termasyur di kepulauan Maluku. Dimana Islam telah masuk ke wilayah ini pada tahun 1440 M.
Saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512 M, mereka menemui sultan Ternate yang adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah.
c. Sedangkan di Tidore, yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram; Islam juga berkembang sangat pesat.
d. Lalu di Bacan, terdapat Kesultanan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521 M.
7. PAPUA
a. Islam telah diperkenalkan di tanah ini berkat bantuan beberapa kesultanan dari kepulauan Maluku.
b. Adalah Kesultanan Bacan yang terbanyak berperan dalam pen-syi’ar-an Islam di pulau terbesar ke-2 didunia ini.
KEBERHASILAN SOSIALISASI ISLAM
Saat pertama kali Islam tiba di Nusantara di abad 1-5 H, pengaruhnya sungguh luwes dan penuh kedamaian. Hal ini dimungkinkan oleh sosialisasi yang diterapkan para pelaut, pedagang dan muhajir, yang dapat diterima penduduk Nusantara saat itu.
Berikut ini beberapa sosialisasi Islam yang berhasil mempengaruhi Nusantara:
1. PERNIKAHAN
Menurut catatan perjalanan Tome Pires, Islam datang dan berkembang karena pengaruh kuat para musafir dari Arab, Persia, Gujarat dan dari daratan Cina.
Melalui berdagang, mereka lalu bersosialisasi dan menikahi wanita-wanita setempat, yang otomatis ikut menganut Islam.
2. PENDIDIKAN AGAMA
Dengan didirikannya pesantren oleh para ulama, membuat penyebaran agama Islam semakin meluas. Dimana setelah keluar dari pesantren para santri tersebut akan kembali ke daerahnya masing-masing dan mengajarkan Islam bagi masyarakat ditempatnya.
3. TASAWUF
Selanjutnya sekitar abad ke-5 H, para musafir yang Sufi, ikut menambah warna dalam penyebaran Islam di Nusantara. Terbukti dengan ditemukannya peninggalan tulisan-tulisan antara abad ke-13-ke-18 M.
4. SENI
Kulturisasi Islam juga hadir dalam bentuk seni, seperti seni bagunan dan seni pahat (ukir); seni musik dan seni wayang; serta seni sastra.
a. Seni Bangunan dan Seni Pahat (ukir)
Hal ini dapat terlihat pada beberapa mesjid kuno yang hingga kini masih kokoh berdiri. Seni bangunannya mirip candi, atau bangunan meru kala masa Hindu berjaya.
b. Seni Musik dan Wayang
- Gamelan
Dikenal dengan sebutan ’Sekaten’ yang masih terpelihara di keraton Cirebon dan Yogyakarta. Alat musik ini dibunyikan pada perayaan Grebeg Maulud.
- Wayang
Seorang mubaligh Wali Songo yang berjasa merakyatkan Seni Wayang Islami adalah Sunan Kalijaga. Ia tidak pernah meminta upah saat pertunjukan wayang selain mengucapkan kalimat syahadat.
c. Seni Satra
Dalam beberapa naskah kuno, ditemukan beberapa bentuk huruf, penulisan dan tata bahasa, yang telah berasimilasi antara bahasa Arab, bahasa Sansekerta dengan bahasa daerah setempat. Salah satunya dapat ditemukan dalam Suluk-suluk karya Sunan Bonang (Syekh Maulana Makdum Ibrahim).
5. PERAN ORGANISASI WALI SONGO
Kehadiran para mubaligh dari Wali Songo, ikut menambah kepesatan Islam masuk kedalam kehidupan masyarakat Nusantara. Sebut saja Sunan Ampel (Raden Rahmat), pendiri pesantren di Ampel Denta, Surabaya. Lalu Sunan Giri, yang pesantrennya terkenal hingga ke Maluku, terutama dari daerah Hitu.
6. PERAN MUBALIGH MINANGKABAU
Pada abad ke-14 M dan sesudahnya Islam telah berkembang dari daerah barat (Sumatra dan Jawa) ke daerah timur (Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara). Hal ini tidak lepas dari peranan para mubaligh Minangkabau, seperti; Khatib Dayan, Dato ri Bandang dan Dato Sulaiman.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Prof.Dr. Slamet Muljana, ”Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara”. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2005.
2. Prof.Dr. Hasan Muarif Ambary, “Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis DanHistoris Islam Indonesia”. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1998.
3. Suwedi Montan, “Perbedaan Pendapat Di Sekitar Kedatangan Agama Islam Di Indonesia”. Puslit Arkernas: Berkala Arkeologi Edisi Khusus. 1994.
4. Marwati Djoenoed Poesponegoro, dkk., “Sejarah Nasional Indonesia III”. Jakarta: Balai Pustaka.
5. Stokhof WAL., dkk. 1993, “Beberapa Kajian Indonesia dan Islam”. Jakarta: INIS. 1990.
6. Uka Tjandrasasmita, 1985. “The Arrival and Expansion of Islam In Indonesia Relating To Souheast Asia”. Jakarta: Masagung Foundation.
Sumber : Facebook Berbagi Ilmu Indah
- Menerima dengan rela apa yang telah dimiliki.
- Berusaha dan memohon kepada Allah untuk mendapatkan yang lebih baik.
- Menerima dengan sabar dan ikhlas akan ketentuan Allah.
- Bertawakal kepada Allah.
- Tidak terpedaya oleh tipu daya dunia.
- Stabilisator : jika seorang muslim memiliki sifat qanaah akan selalu berlapang dada, berhati tenteram, merasa kaya, berkecukupan, dan merasa bebas dari sifat tamak dan serakah.
- Dinamisator : yaitu, kekuatan batin untuk mendorong seseorang dalam meraih kemengan dan kejayaan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap memohon kepada karunia ALLAH SWT.
Heboh, Video Koruptor Buron Ungkap Bupati Rohil Mantan Kepala BNK Pecandu Narkoba
Pria mengaku mantan anggota DPRD Rohil, Darwis. (rb/net)
Labels
Search This Blog
Archive
Random Posts
Recent Posts
Recent in Sports
Header Ads
Labels
Products
Category
- #GusDur #Sejarah
- #pahlawan #sejarah #bapakproklamator #1945 #pejuangNKRI
- #UAS
- #Ulama
- 1000 Komunitas Bagansiapiapi
- aksi kemanusiaan
- Artikel
- Bagansiapiapi
- Bencana
- Berbagi
- Budaya
- Cerita
- Dewan Kesenian Kecamatan Bangko
- Dunia
- FPI
- g30s PKI
- Galang dana
- Gempa
- Guru
- Hijrah
- Ilmiah
- Info Lomba
- Islam
- Kemanusiaan
- Kisah Rosul
- KNPI
- Melayu
- Millenial
- Musik
- Palestina
- Pemerintah
- Pengertiang Kata
- Peristiwa
- PKI
- Politik
- Rokan Hilir
- Sejarah
- Sejarah Islam
- Tokoh Masyarakat
- Tokoh Muslimah
- Tsunami
- Ulama
- Ulama uas
- Umar Bin Khattab
- Wisata Religius
- World Clean Up Day