Syair Datuk Seri Setia Negara - KLIKOKE
  • Syair Datuk Seri Setia Negara


     
    Oleh: Abdul Somad, Lc. MA

    Dengan Bismillah kalam bermula 
    Alhamdulilah pembuka kata 
    Shalawat dan salam sempurnalah makna
    Yang kecik dibina yang besar mulia

    Abdul Somad aku bernama 
    Selesai belajar di Negara Narasinga 
    Pernah singgah di IAIN Suska 
    Terbang menuju Bumi Seribu Menara 
    Melihat Sungai Nil dan Piramida
    Bersua dengan Fir’aun dan Musa
    Hinggap sekejap di Bumi Malaya 

    Akhirnya terdampar di Gurun Sahara
    Hampir sampai ke Barcelona 
    Setelah lama mengembara 
    Kembali jua ke bumi tercinta
    Tanah Siak Sri Indrapura
    Membawa gelar LC dan MA 
    Banyak orang bertanya-tanya 
    Apalah agaknya artinya 
    Lagi cemas mencari anak dara

    Video

    Nasehat orang tua-tua
    Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa
    Batangnya jadi penyangga
    Akarnya tempat bersila

    Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa
    Rumah putih di Jalan Gulama
    Dia bawa daku sepuluh senja
    Ke TVRI membawa acara
    Bila ia pergi ke Malaysia
    Daku duduk di singgasana
    Menjadi guru sekejap mata

    Subuh tiba gelap gulita 
    Menuju Masjid dipagi gulita
    Jamaah pun tak pulak ada
    Banyak pula tiang darikan manusia 

    Berbekal sabar dan doa 
    Nasib baik datang menyapa
    Khutbah bergetar dari Masjid Raya
    Banyak mata terpesona
    Caci hamunpun ikut serta
    Lovers and haters kata anak-anak muda

    Ada pula yang menuduh paksa 
    Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika
    Diusir dari Pulau Dewata
    Deportasi dari Cina 
    Tapi hati tak rasa hina
    Semua itu belum ada apa-apanya 
    Bila di bandingkan Nabi Besar kita 
    Gigi patah kaki terluka 
    Namun tetap berbalas doa
    Sungguh tak layak masuk ke surga 
    Bila busuk hati terus dipelihara

    Orang Melayu cinta negara 
    13 Juta Gulden belanda
    Diderma untuk membela bangsa
    Sultan Syarif Kasim orang mulia
    Dari Siak Sri Indrapura
    Berdaulat ke Yogyakarta
    Jangan kau ajar kami tentang cinta
    Kalau bukan karna kami punya bahasa
    Kau pun tak dapat bertutur kata

    Dendam jangan masuk ke kepala
    Masih banyak yang perlu di rasa
    Anak Sakai meniti pipa
    Anak Akit senyum menyapa
    Talang Mamak terus menganga
    Padahal minyak tiada terkira
    Tapi apa yang mau di kata
    Terlampau banyak diangkut ke Jakarta

    Awan berarak menanti senja
    Budak menuju Surau Mushalla
    Qur’an di tangan dan alif  ba ta
     Tak lupa rotan di belah dua
    Tapi kini semua dah sirna
    Semua sudah berganti rupa
    Budak asik bermain Sega
    Play Station warnet beraneka 
    Dari Batman hingga Mahabarata

    Sampai Spiderman sarang laba-laba
    Kalau lah tak ada usah
    Budak Melayu kan hancur binasa 
    Melayu hanya tinggal nama
    Rosak kerana Aids dan narkoba
    Menjemput murka dan bencana
    Wajah menjadi bermuram durja

    Selepas masuk Belanda
    Banyak anak tak boleh tulis baca
    Huruh Arab dibuang serta
    Melayu Riau boleh berbangga
    Huruh Arab Melayu merata-rata
    Dari Masjid hingga kantor Walikota
    Tapi bila tiba saatnya
    Huruf Arab hanya mantra
    Dibaca saat duka cita
    Atau untuk pelet wanita
    Sungguh kiamat di pelupuk mata

    Maka
    Masuklah anak ke sekolah agama
    Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa
    Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa
    Atau IBS arah Asrama Tentara
    Memang agak mahal biaya
    Minimal pelajaran agama ada lima
    Menjadi bekal dari muda ke tua
    Andai tersesat boleh kembali semula
    Mereka kan jadi pemimpin bangsa

    Dari Presiden sampai Pak KUA
    Kita semua akan binasa
    Harta tiada di bawa serta
    Anak sholih jualah yang mengalir ke kita

    Malam berinai kan tiba jua 
    Tepak sirih merah merona
    Gambir kapur dan pinang tua
    Mulut mengunyah bermasam muka
    Tanda lidah sedang merasa
    Pahit kelat dan pedar ada
    Semua mesti di telan sama
    Pertanda hidup berumah tangga
    Mak andam duduk memasang kenaga
    Jemputan hadir saudara mara
    Barzanji di baca serta marhaba
    Tuan Mufti membaca doa
    Air mata bahagia ayah dan bunda
    Menanti cucu penyejuk mata
    Disana bahagia berpunca
    Tapi kini semua tak ada
    Akad menjadi majelis duka
    Kerana marah menghunjam dada
    Rosak sudah pemudi pemuda
    Amuk dan hamun mengisi acara
    Mereka pun tak salah juga
    Kerana diam kita lah bencana mereka

    Banyak orang bertanya–tanya 
    Siapalah agaknya
    Menulis kata-kata berbingkai makna
    Menyentuh rasa hati dan kepala
    Jawabannya
    Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara
    Abdul Somad Lc. MA

    Tapi bila malaikat maut tiba
    Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna
    Hanya iman dan amal shalih jua
    Yang akan di bawa serta
    Tinggallah rumah besar bertingkap kaca 
    Anak menantu sahabat tetangga
    Kain songket dan baju sutera
    Cincin emas dan batu permata
    Ruby zamrud dan mutiara
    Tangan yang pernah menyapu air mata
    Orang susah dan miskin papa
    Kepala anak yatim tiada berbapa
    Apa tanda Melayu menyapa
    Lemah lembut bertutur kata
    Apa tanda Melayu beragama
    Takut pada Allah semata
    Apa tanda Melayu bernegara
    Tetes darah asal jangan hina
    Kala menung datang menyapa
    Saat tanah pusara sudah pun rata
    Anak menantu jiran tetangga
    Tinggallah diri sebatang kara


  • You might also like

Technology

Flickr Images


 
Oleh: Abdul Somad, Lc. MA

Dengan Bismillah kalam bermula 
Alhamdulilah pembuka kata 
Shalawat dan salam sempurnalah makna
Yang kecik dibina yang besar mulia

Abdul Somad aku bernama 
Selesai belajar di Negara Narasinga 
Pernah singgah di IAIN Suska 
Terbang menuju Bumi Seribu Menara 
Melihat Sungai Nil dan Piramida
Bersua dengan Fir’aun dan Musa
Hinggap sekejap di Bumi Malaya 

Akhirnya terdampar di Gurun Sahara
Hampir sampai ke Barcelona 
Setelah lama mengembara 
Kembali jua ke bumi tercinta
Tanah Siak Sri Indrapura
Membawa gelar LC dan MA 
Banyak orang bertanya-tanya 
Apalah agaknya artinya 
Lagi cemas mencari anak dara

Video

Nasehat orang tua-tua
Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa
Batangnya jadi penyangga
Akarnya tempat bersila

Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa
Rumah putih di Jalan Gulama
Dia bawa daku sepuluh senja
Ke TVRI membawa acara
Bila ia pergi ke Malaysia
Daku duduk di singgasana
Menjadi guru sekejap mata

Subuh tiba gelap gulita 
Menuju Masjid dipagi gulita
Jamaah pun tak pulak ada
Banyak pula tiang darikan manusia 

Berbekal sabar dan doa 
Nasib baik datang menyapa
Khutbah bergetar dari Masjid Raya
Banyak mata terpesona
Caci hamunpun ikut serta
Lovers and haters kata anak-anak muda

Ada pula yang menuduh paksa 
Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika
Diusir dari Pulau Dewata
Deportasi dari Cina 
Tapi hati tak rasa hina
Semua itu belum ada apa-apanya 
Bila di bandingkan Nabi Besar kita 
Gigi patah kaki terluka 
Namun tetap berbalas doa
Sungguh tak layak masuk ke surga 
Bila busuk hati terus dipelihara

Orang Melayu cinta negara 
13 Juta Gulden belanda
Diderma untuk membela bangsa
Sultan Syarif Kasim orang mulia
Dari Siak Sri Indrapura
Berdaulat ke Yogyakarta
Jangan kau ajar kami tentang cinta
Kalau bukan karna kami punya bahasa
Kau pun tak dapat bertutur kata

Dendam jangan masuk ke kepala
Masih banyak yang perlu di rasa
Anak Sakai meniti pipa
Anak Akit senyum menyapa
Talang Mamak terus menganga
Padahal minyak tiada terkira
Tapi apa yang mau di kata
Terlampau banyak diangkut ke Jakarta

Awan berarak menanti senja
Budak menuju Surau Mushalla
Qur’an di tangan dan alif  ba ta
 Tak lupa rotan di belah dua
Tapi kini semua dah sirna
Semua sudah berganti rupa
Budak asik bermain Sega
Play Station warnet beraneka 
Dari Batman hingga Mahabarata

Sampai Spiderman sarang laba-laba
Kalau lah tak ada usah
Budak Melayu kan hancur binasa 
Melayu hanya tinggal nama
Rosak kerana Aids dan narkoba
Menjemput murka dan bencana
Wajah menjadi bermuram durja

Selepas masuk Belanda
Banyak anak tak boleh tulis baca
Huruh Arab dibuang serta
Melayu Riau boleh berbangga
Huruh Arab Melayu merata-rata
Dari Masjid hingga kantor Walikota
Tapi bila tiba saatnya
Huruf Arab hanya mantra
Dibaca saat duka cita
Atau untuk pelet wanita
Sungguh kiamat di pelupuk mata

Maka
Masuklah anak ke sekolah agama
Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa
Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa
Atau IBS arah Asrama Tentara
Memang agak mahal biaya
Minimal pelajaran agama ada lima
Menjadi bekal dari muda ke tua
Andai tersesat boleh kembali semula
Mereka kan jadi pemimpin bangsa

Dari Presiden sampai Pak KUA
Kita semua akan binasa
Harta tiada di bawa serta
Anak sholih jualah yang mengalir ke kita

Malam berinai kan tiba jua 
Tepak sirih merah merona
Gambir kapur dan pinang tua
Mulut mengunyah bermasam muka
Tanda lidah sedang merasa
Pahit kelat dan pedar ada
Semua mesti di telan sama
Pertanda hidup berumah tangga
Mak andam duduk memasang kenaga
Jemputan hadir saudara mara
Barzanji di baca serta marhaba
Tuan Mufti membaca doa
Air mata bahagia ayah dan bunda
Menanti cucu penyejuk mata
Disana bahagia berpunca
Tapi kini semua tak ada
Akad menjadi majelis duka
Kerana marah menghunjam dada
Rosak sudah pemudi pemuda
Amuk dan hamun mengisi acara
Mereka pun tak salah juga
Kerana diam kita lah bencana mereka

Banyak orang bertanya–tanya 
Siapalah agaknya
Menulis kata-kata berbingkai makna
Menyentuh rasa hati dan kepala
Jawabannya
Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara
Abdul Somad Lc. MA

Tapi bila malaikat maut tiba
Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna
Hanya iman dan amal shalih jua
Yang akan di bawa serta
Tinggallah rumah besar bertingkap kaca 
Anak menantu sahabat tetangga
Kain songket dan baju sutera
Cincin emas dan batu permata
Ruby zamrud dan mutiara
Tangan yang pernah menyapu air mata
Orang susah dan miskin papa
Kepala anak yatim tiada berbapa
Apa tanda Melayu menyapa
Lemah lembut bertutur kata
Apa tanda Melayu beragama
Takut pada Allah semata
Apa tanda Melayu bernegara
Tetes darah asal jangan hina
Kala menung datang menyapa
Saat tanah pusara sudah pun rata
Anak menantu jiran tetangga
Tinggallah diri sebatang kara



 
Oleh: Abdul Somad, Lc. MA

Dengan Bismillah kalam bermula 
Alhamdulilah pembuka kata 
Shalawat dan salam sempurnalah makna
Yang kecik dibina yang besar mulia

Abdul Somad aku bernama 
Selesai belajar di Negara Narasinga 
Pernah singgah di IAIN Suska 
Terbang menuju Bumi Seribu Menara 
Melihat Sungai Nil dan Piramida
Bersua dengan Fir’aun dan Musa
Hinggap sekejap di Bumi Malaya 

Akhirnya terdampar di Gurun Sahara
Hampir sampai ke Barcelona 
Setelah lama mengembara 
Kembali jua ke bumi tercinta
Tanah Siak Sri Indrapura
Membawa gelar LC dan MA 
Banyak orang bertanya-tanya 
Apalah agaknya artinya 
Lagi cemas mencari anak dara

Video

Nasehat orang tua-tua
Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa
Batangnya jadi penyangga
Akarnya tempat bersila

Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa
Rumah putih di Jalan Gulama
Dia bawa daku sepuluh senja
Ke TVRI membawa acara
Bila ia pergi ke Malaysia
Daku duduk di singgasana
Menjadi guru sekejap mata

Subuh tiba gelap gulita 
Menuju Masjid dipagi gulita
Jamaah pun tak pulak ada
Banyak pula tiang darikan manusia 

Berbekal sabar dan doa 
Nasib baik datang menyapa
Khutbah bergetar dari Masjid Raya
Banyak mata terpesona
Caci hamunpun ikut serta
Lovers and haters kata anak-anak muda

Ada pula yang menuduh paksa 
Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika
Diusir dari Pulau Dewata
Deportasi dari Cina 
Tapi hati tak rasa hina
Semua itu belum ada apa-apanya 
Bila di bandingkan Nabi Besar kita 
Gigi patah kaki terluka 
Namun tetap berbalas doa
Sungguh tak layak masuk ke surga 
Bila busuk hati terus dipelihara

Orang Melayu cinta negara 
13 Juta Gulden belanda
Diderma untuk membela bangsa
Sultan Syarif Kasim orang mulia
Dari Siak Sri Indrapura
Berdaulat ke Yogyakarta
Jangan kau ajar kami tentang cinta
Kalau bukan karna kami punya bahasa
Kau pun tak dapat bertutur kata

Dendam jangan masuk ke kepala
Masih banyak yang perlu di rasa
Anak Sakai meniti pipa
Anak Akit senyum menyapa
Talang Mamak terus menganga
Padahal minyak tiada terkira
Tapi apa yang mau di kata
Terlampau banyak diangkut ke Jakarta

Awan berarak menanti senja
Budak menuju Surau Mushalla
Qur’an di tangan dan alif  ba ta
 Tak lupa rotan di belah dua
Tapi kini semua dah sirna
Semua sudah berganti rupa
Budak asik bermain Sega
Play Station warnet beraneka 
Dari Batman hingga Mahabarata

Sampai Spiderman sarang laba-laba
Kalau lah tak ada usah
Budak Melayu kan hancur binasa 
Melayu hanya tinggal nama
Rosak kerana Aids dan narkoba
Menjemput murka dan bencana
Wajah menjadi bermuram durja

Selepas masuk Belanda
Banyak anak tak boleh tulis baca
Huruh Arab dibuang serta
Melayu Riau boleh berbangga
Huruh Arab Melayu merata-rata
Dari Masjid hingga kantor Walikota
Tapi bila tiba saatnya
Huruf Arab hanya mantra
Dibaca saat duka cita
Atau untuk pelet wanita
Sungguh kiamat di pelupuk mata

Maka
Masuklah anak ke sekolah agama
Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa
Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa
Atau IBS arah Asrama Tentara
Memang agak mahal biaya
Minimal pelajaran agama ada lima
Menjadi bekal dari muda ke tua
Andai tersesat boleh kembali semula
Mereka kan jadi pemimpin bangsa

Dari Presiden sampai Pak KUA
Kita semua akan binasa
Harta tiada di bawa serta
Anak sholih jualah yang mengalir ke kita

Malam berinai kan tiba jua 
Tepak sirih merah merona
Gambir kapur dan pinang tua
Mulut mengunyah bermasam muka
Tanda lidah sedang merasa
Pahit kelat dan pedar ada
Semua mesti di telan sama
Pertanda hidup berumah tangga
Mak andam duduk memasang kenaga
Jemputan hadir saudara mara
Barzanji di baca serta marhaba
Tuan Mufti membaca doa
Air mata bahagia ayah dan bunda
Menanti cucu penyejuk mata
Disana bahagia berpunca
Tapi kini semua tak ada
Akad menjadi majelis duka
Kerana marah menghunjam dada
Rosak sudah pemudi pemuda
Amuk dan hamun mengisi acara
Mereka pun tak salah juga
Kerana diam kita lah bencana mereka

Banyak orang bertanya–tanya 
Siapalah agaknya
Menulis kata-kata berbingkai makna
Menyentuh rasa hati dan kepala
Jawabannya
Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara
Abdul Somad Lc. MA

Tapi bila malaikat maut tiba
Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna
Hanya iman dan amal shalih jua
Yang akan di bawa serta
Tinggallah rumah besar bertingkap kaca 
Anak menantu sahabat tetangga
Kain songket dan baju sutera
Cincin emas dan batu permata
Ruby zamrud dan mutiara
Tangan yang pernah menyapu air mata
Orang susah dan miskin papa
Kepala anak yatim tiada berbapa
Apa tanda Melayu menyapa
Lemah lembut bertutur kata
Apa tanda Melayu beragama
Takut pada Allah semata
Apa tanda Melayu bernegara
Tetes darah asal jangan hina
Kala menung datang menyapa
Saat tanah pusara sudah pun rata
Anak menantu jiran tetangga
Tinggallah diri sebatang kara



 
Oleh: Abdul Somad, Lc. MA

Dengan Bismillah kalam bermula 
Alhamdulilah pembuka kata 
Shalawat dan salam sempurnalah makna
Yang kecik dibina yang besar mulia

Abdul Somad aku bernama 
Selesai belajar di Negara Narasinga 
Pernah singgah di IAIN Suska 
Terbang menuju Bumi Seribu Menara 
Melihat Sungai Nil dan Piramida
Bersua dengan Fir’aun dan Musa
Hinggap sekejap di Bumi Malaya 

Akhirnya terdampar di Gurun Sahara
Hampir sampai ke Barcelona 
Setelah lama mengembara 
Kembali jua ke bumi tercinta
Tanah Siak Sri Indrapura
Membawa gelar LC dan MA 
Banyak orang bertanya-tanya 
Apalah agaknya artinya 
Lagi cemas mencari anak dara

Video

Nasehat orang tua-tua
Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa
Batangnya jadi penyangga
Akarnya tempat bersila

Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa
Rumah putih di Jalan Gulama
Dia bawa daku sepuluh senja
Ke TVRI membawa acara
Bila ia pergi ke Malaysia
Daku duduk di singgasana
Menjadi guru sekejap mata

Subuh tiba gelap gulita 
Menuju Masjid dipagi gulita
Jamaah pun tak pulak ada
Banyak pula tiang darikan manusia 

Berbekal sabar dan doa 
Nasib baik datang menyapa
Khutbah bergetar dari Masjid Raya
Banyak mata terpesona
Caci hamunpun ikut serta
Lovers and haters kata anak-anak muda

Ada pula yang menuduh paksa 
Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika
Diusir dari Pulau Dewata
Deportasi dari Cina 
Tapi hati tak rasa hina
Semua itu belum ada apa-apanya 
Bila di bandingkan Nabi Besar kita 
Gigi patah kaki terluka 
Namun tetap berbalas doa
Sungguh tak layak masuk ke surga 
Bila busuk hati terus dipelihara

Orang Melayu cinta negara 
13 Juta Gulden belanda
Diderma untuk membela bangsa
Sultan Syarif Kasim orang mulia
Dari Siak Sri Indrapura
Berdaulat ke Yogyakarta
Jangan kau ajar kami tentang cinta
Kalau bukan karna kami punya bahasa
Kau pun tak dapat bertutur kata

Dendam jangan masuk ke kepala
Masih banyak yang perlu di rasa
Anak Sakai meniti pipa
Anak Akit senyum menyapa
Talang Mamak terus menganga
Padahal minyak tiada terkira
Tapi apa yang mau di kata
Terlampau banyak diangkut ke Jakarta

Awan berarak menanti senja
Budak menuju Surau Mushalla
Qur’an di tangan dan alif  ba ta
 Tak lupa rotan di belah dua
Tapi kini semua dah sirna
Semua sudah berganti rupa
Budak asik bermain Sega
Play Station warnet beraneka 
Dari Batman hingga Mahabarata

Sampai Spiderman sarang laba-laba
Kalau lah tak ada usah
Budak Melayu kan hancur binasa 
Melayu hanya tinggal nama
Rosak kerana Aids dan narkoba
Menjemput murka dan bencana
Wajah menjadi bermuram durja

Selepas masuk Belanda
Banyak anak tak boleh tulis baca
Huruh Arab dibuang serta
Melayu Riau boleh berbangga
Huruh Arab Melayu merata-rata
Dari Masjid hingga kantor Walikota
Tapi bila tiba saatnya
Huruf Arab hanya mantra
Dibaca saat duka cita
Atau untuk pelet wanita
Sungguh kiamat di pelupuk mata

Maka
Masuklah anak ke sekolah agama
Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa
Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa
Atau IBS arah Asrama Tentara
Memang agak mahal biaya
Minimal pelajaran agama ada lima
Menjadi bekal dari muda ke tua
Andai tersesat boleh kembali semula
Mereka kan jadi pemimpin bangsa

Dari Presiden sampai Pak KUA
Kita semua akan binasa
Harta tiada di bawa serta
Anak sholih jualah yang mengalir ke kita

Malam berinai kan tiba jua 
Tepak sirih merah merona
Gambir kapur dan pinang tua
Mulut mengunyah bermasam muka
Tanda lidah sedang merasa
Pahit kelat dan pedar ada
Semua mesti di telan sama
Pertanda hidup berumah tangga
Mak andam duduk memasang kenaga
Jemputan hadir saudara mara
Barzanji di baca serta marhaba
Tuan Mufti membaca doa
Air mata bahagia ayah dan bunda
Menanti cucu penyejuk mata
Disana bahagia berpunca
Tapi kini semua tak ada
Akad menjadi majelis duka
Kerana marah menghunjam dada
Rosak sudah pemudi pemuda
Amuk dan hamun mengisi acara
Mereka pun tak salah juga
Kerana diam kita lah bencana mereka

Banyak orang bertanya–tanya 
Siapalah agaknya
Menulis kata-kata berbingkai makna
Menyentuh rasa hati dan kepala
Jawabannya
Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara
Abdul Somad Lc. MA

Tapi bila malaikat maut tiba
Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna
Hanya iman dan amal shalih jua
Yang akan di bawa serta
Tinggallah rumah besar bertingkap kaca 
Anak menantu sahabat tetangga
Kain songket dan baju sutera
Cincin emas dan batu permata
Ruby zamrud dan mutiara
Tangan yang pernah menyapu air mata
Orang susah dan miskin papa
Kepala anak yatim tiada berbapa
Apa tanda Melayu menyapa
Lemah lembut bertutur kata
Apa tanda Melayu beragama
Takut pada Allah semata
Apa tanda Melayu bernegara
Tetes darah asal jangan hina
Kala menung datang menyapa
Saat tanah pusara sudah pun rata
Anak menantu jiran tetangga
Tinggallah diri sebatang kara


Syair Datuk Seri Setia Negara

Syair Datuk Seri Setia Negara


 
Oleh: Abdul Somad, Lc. MA

Dengan Bismillah kalam bermula 
Alhamdulilah pembuka kata 
Shalawat dan salam sempurnalah makna
Yang kecik dibina yang besar mulia

Abdul Somad aku bernama 
Selesai belajar di Negara Narasinga 
Pernah singgah di IAIN Suska 
Terbang menuju Bumi Seribu Menara 
Melihat Sungai Nil dan Piramida
Bersua dengan Fir’aun dan Musa
Hinggap sekejap di Bumi Malaya 

Akhirnya terdampar di Gurun Sahara
Hampir sampai ke Barcelona 
Setelah lama mengembara 
Kembali jua ke bumi tercinta
Tanah Siak Sri Indrapura
Membawa gelar LC dan MA 
Banyak orang bertanya-tanya 
Apalah agaknya artinya 
Lagi cemas mencari anak dara

Video

Nasehat orang tua-tua
Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa
Batangnya jadi penyangga
Akarnya tempat bersila

Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa
Rumah putih di Jalan Gulama
Dia bawa daku sepuluh senja
Ke TVRI membawa acara
Bila ia pergi ke Malaysia
Daku duduk di singgasana
Menjadi guru sekejap mata

Subuh tiba gelap gulita 
Menuju Masjid dipagi gulita
Jamaah pun tak pulak ada
Banyak pula tiang darikan manusia 

Berbekal sabar dan doa 
Nasib baik datang menyapa
Khutbah bergetar dari Masjid Raya
Banyak mata terpesona
Caci hamunpun ikut serta
Lovers and haters kata anak-anak muda

Ada pula yang menuduh paksa 
Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika
Diusir dari Pulau Dewata
Deportasi dari Cina 
Tapi hati tak rasa hina
Semua itu belum ada apa-apanya 
Bila di bandingkan Nabi Besar kita 
Gigi patah kaki terluka 
Namun tetap berbalas doa
Sungguh tak layak masuk ke surga 
Bila busuk hati terus dipelihara

Orang Melayu cinta negara 
13 Juta Gulden belanda
Diderma untuk membela bangsa
Sultan Syarif Kasim orang mulia
Dari Siak Sri Indrapura
Berdaulat ke Yogyakarta
Jangan kau ajar kami tentang cinta
Kalau bukan karna kami punya bahasa
Kau pun tak dapat bertutur kata

Dendam jangan masuk ke kepala
Masih banyak yang perlu di rasa
Anak Sakai meniti pipa
Anak Akit senyum menyapa
Talang Mamak terus menganga
Padahal minyak tiada terkira
Tapi apa yang mau di kata
Terlampau banyak diangkut ke Jakarta

Awan berarak menanti senja
Budak menuju Surau Mushalla
Qur’an di tangan dan alif  ba ta
 Tak lupa rotan di belah dua
Tapi kini semua dah sirna
Semua sudah berganti rupa
Budak asik bermain Sega
Play Station warnet beraneka 
Dari Batman hingga Mahabarata

Sampai Spiderman sarang laba-laba
Kalau lah tak ada usah
Budak Melayu kan hancur binasa 
Melayu hanya tinggal nama
Rosak kerana Aids dan narkoba
Menjemput murka dan bencana
Wajah menjadi bermuram durja

Selepas masuk Belanda
Banyak anak tak boleh tulis baca
Huruh Arab dibuang serta
Melayu Riau boleh berbangga
Huruh Arab Melayu merata-rata
Dari Masjid hingga kantor Walikota
Tapi bila tiba saatnya
Huruf Arab hanya mantra
Dibaca saat duka cita
Atau untuk pelet wanita
Sungguh kiamat di pelupuk mata

Maka
Masuklah anak ke sekolah agama
Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa
Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa
Atau IBS arah Asrama Tentara
Memang agak mahal biaya
Minimal pelajaran agama ada lima
Menjadi bekal dari muda ke tua
Andai tersesat boleh kembali semula
Mereka kan jadi pemimpin bangsa

Dari Presiden sampai Pak KUA
Kita semua akan binasa
Harta tiada di bawa serta
Anak sholih jualah yang mengalir ke kita

Malam berinai kan tiba jua 
Tepak sirih merah merona
Gambir kapur dan pinang tua
Mulut mengunyah bermasam muka
Tanda lidah sedang merasa
Pahit kelat dan pedar ada
Semua mesti di telan sama
Pertanda hidup berumah tangga
Mak andam duduk memasang kenaga
Jemputan hadir saudara mara
Barzanji di baca serta marhaba
Tuan Mufti membaca doa
Air mata bahagia ayah dan bunda
Menanti cucu penyejuk mata
Disana bahagia berpunca
Tapi kini semua tak ada
Akad menjadi majelis duka
Kerana marah menghunjam dada
Rosak sudah pemudi pemuda
Amuk dan hamun mengisi acara
Mereka pun tak salah juga
Kerana diam kita lah bencana mereka

Banyak orang bertanya–tanya 
Siapalah agaknya
Menulis kata-kata berbingkai makna
Menyentuh rasa hati dan kepala
Jawabannya
Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara
Abdul Somad Lc. MA

Tapi bila malaikat maut tiba
Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna
Hanya iman dan amal shalih jua
Yang akan di bawa serta
Tinggallah rumah besar bertingkap kaca 
Anak menantu sahabat tetangga
Kain songket dan baju sutera
Cincin emas dan batu permata
Ruby zamrud dan mutiara
Tangan yang pernah menyapu air mata
Orang susah dan miskin papa
Kepala anak yatim tiada berbapa
Apa tanda Melayu menyapa
Lemah lembut bertutur kata
Apa tanda Melayu beragama
Takut pada Allah semata
Apa tanda Melayu bernegara
Tetes darah asal jangan hina
Kala menung datang menyapa
Saat tanah pusara sudah pun rata
Anak menantu jiran tetangga
Tinggallah diri sebatang kara


Syair Datuk Seri Setia Negara

Syair Datuk Seri Setia Negara


 
Oleh: Abdul Somad, Lc. MA

Dengan Bismillah kalam bermula 
Alhamdulilah pembuka kata 
Shalawat dan salam sempurnalah makna
Yang kecik dibina yang besar mulia

Abdul Somad aku bernama 
Selesai belajar di Negara Narasinga 
Pernah singgah di IAIN Suska 
Terbang menuju Bumi Seribu Menara 
Melihat Sungai Nil dan Piramida
Bersua dengan Fir’aun dan Musa
Hinggap sekejap di Bumi Malaya 

Akhirnya terdampar di Gurun Sahara
Hampir sampai ke Barcelona 
Setelah lama mengembara 
Kembali jua ke bumi tercinta
Tanah Siak Sri Indrapura
Membawa gelar LC dan MA 
Banyak orang bertanya-tanya 
Apalah agaknya artinya 
Lagi cemas mencari anak dara

Video

Nasehat orang tua-tua
Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa
Batangnya jadi penyangga
Akarnya tempat bersila

Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa
Rumah putih di Jalan Gulama
Dia bawa daku sepuluh senja
Ke TVRI membawa acara
Bila ia pergi ke Malaysia
Daku duduk di singgasana
Menjadi guru sekejap mata

Subuh tiba gelap gulita 
Menuju Masjid dipagi gulita
Jamaah pun tak pulak ada
Banyak pula tiang darikan manusia 

Berbekal sabar dan doa 
Nasib baik datang menyapa
Khutbah bergetar dari Masjid Raya
Banyak mata terpesona
Caci hamunpun ikut serta
Lovers and haters kata anak-anak muda

Ada pula yang menuduh paksa 
Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika
Diusir dari Pulau Dewata
Deportasi dari Cina 
Tapi hati tak rasa hina
Semua itu belum ada apa-apanya 
Bila di bandingkan Nabi Besar kita 
Gigi patah kaki terluka 
Namun tetap berbalas doa
Sungguh tak layak masuk ke surga 
Bila busuk hati terus dipelihara

Orang Melayu cinta negara 
13 Juta Gulden belanda
Diderma untuk membela bangsa
Sultan Syarif Kasim orang mulia
Dari Siak Sri Indrapura
Berdaulat ke Yogyakarta
Jangan kau ajar kami tentang cinta
Kalau bukan karna kami punya bahasa
Kau pun tak dapat bertutur kata

Dendam jangan masuk ke kepala
Masih banyak yang perlu di rasa
Anak Sakai meniti pipa
Anak Akit senyum menyapa
Talang Mamak terus menganga
Padahal minyak tiada terkira
Tapi apa yang mau di kata
Terlampau banyak diangkut ke Jakarta

Awan berarak menanti senja
Budak menuju Surau Mushalla
Qur’an di tangan dan alif  ba ta
 Tak lupa rotan di belah dua
Tapi kini semua dah sirna
Semua sudah berganti rupa
Budak asik bermain Sega
Play Station warnet beraneka 
Dari Batman hingga Mahabarata

Sampai Spiderman sarang laba-laba
Kalau lah tak ada usah
Budak Melayu kan hancur binasa 
Melayu hanya tinggal nama
Rosak kerana Aids dan narkoba
Menjemput murka dan bencana
Wajah menjadi bermuram durja

Selepas masuk Belanda
Banyak anak tak boleh tulis baca
Huruh Arab dibuang serta
Melayu Riau boleh berbangga
Huruh Arab Melayu merata-rata
Dari Masjid hingga kantor Walikota
Tapi bila tiba saatnya
Huruf Arab hanya mantra
Dibaca saat duka cita
Atau untuk pelet wanita
Sungguh kiamat di pelupuk mata

Maka
Masuklah anak ke sekolah agama
Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa
Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa
Atau IBS arah Asrama Tentara
Memang agak mahal biaya
Minimal pelajaran agama ada lima
Menjadi bekal dari muda ke tua
Andai tersesat boleh kembali semula
Mereka kan jadi pemimpin bangsa

Dari Presiden sampai Pak KUA
Kita semua akan binasa
Harta tiada di bawa serta
Anak sholih jualah yang mengalir ke kita

Malam berinai kan tiba jua 
Tepak sirih merah merona
Gambir kapur dan pinang tua
Mulut mengunyah bermasam muka
Tanda lidah sedang merasa
Pahit kelat dan pedar ada
Semua mesti di telan sama
Pertanda hidup berumah tangga
Mak andam duduk memasang kenaga
Jemputan hadir saudara mara
Barzanji di baca serta marhaba
Tuan Mufti membaca doa
Air mata bahagia ayah dan bunda
Menanti cucu penyejuk mata
Disana bahagia berpunca
Tapi kini semua tak ada
Akad menjadi majelis duka
Kerana marah menghunjam dada
Rosak sudah pemudi pemuda
Amuk dan hamun mengisi acara
Mereka pun tak salah juga
Kerana diam kita lah bencana mereka

Banyak orang bertanya–tanya 
Siapalah agaknya
Menulis kata-kata berbingkai makna
Menyentuh rasa hati dan kepala
Jawabannya
Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara
Abdul Somad Lc. MA

Tapi bila malaikat maut tiba
Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna
Hanya iman dan amal shalih jua
Yang akan di bawa serta
Tinggallah rumah besar bertingkap kaca 
Anak menantu sahabat tetangga
Kain songket dan baju sutera
Cincin emas dan batu permata
Ruby zamrud dan mutiara
Tangan yang pernah menyapu air mata
Orang susah dan miskin papa
Kepala anak yatim tiada berbapa
Apa tanda Melayu menyapa
Lemah lembut bertutur kata
Apa tanda Melayu beragama
Takut pada Allah semata
Apa tanda Melayu bernegara
Tetes darah asal jangan hina
Kala menung datang menyapa
Saat tanah pusara sudah pun rata
Anak menantu jiran tetangga
Tinggallah diri sebatang kara


Labels

Facebook

Search This Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

test

Labels

KLIKOKE

Smartphones

RUANGBACA

Author Name

Recent Reviews

Produk Lainnya

Subscribe Us

Produk Terlaris

Fakta Mengejutkan Tentang Dajjal yang Tidak Diketahui

Dajjal merupakan tokoh yang sangat penting pada masa akhir zaman nanti. Bahkan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, ia termasuk salah satu daripada tanda besar menjelang hari kiamat. Artinya, apabila Dajjal sudah muncul di hadapan manusia ramai, itu pertanda bahwa kiamat tidak akan lama lagi terjadi. Pertanyaannya sekarang, siapakah sebenarnya Dajjal? Sebelum membaca lebih lengkap, ada baiknya Anda menonton dulu video di bawah ini. Video ini mengabarkan bahwa seorang pemuda yang kelak akan dibunuh oleh Dajjal telah lahir di Palestina. Semoga Allah melindungi kita dari fitnah Dajjal. Daftar Isi  [ hide ] 1  Biografi Dajjal 1.1  Ciri-ciri Fisik Dajjal 1.2  Lokasi, Kemunculan dan Tempat Persinggahannya 1.3  Para Pengikut Dajjal 1.4  Fitnah dan Kemampuan Dajjal 1.5  Kematian Dajjal 2  Cara Menangkal Fitnah Dajjal Biografi Dajjal kabarmakkah.com Dajjal adalah makhluk Allah yang masih dalam kategori keturunan Nabi Adam as alias manusia. Sehingga, teori-teori atau duga
[blogger]